Selasa, 07 Januari 2014

“ISTANA KHAYALAN”

Adakah yang lebih indah dari sekedar menghayal. Menghayal menjadi tuan puteri yang disanding  oleh seorang pangeran tampan dan dilayani oleh dayang-dayang cantik. Memainkan selendang dengan anggun dan menikmati taman istana yang menawarkan sejuta keelokan. Memanjakan diri di kolam air hangat yang tersedia di halaman belakang sambil bercanda dengan kupu-kupu kecil yang menawan. Busana indah tersedia dengan berbagai macam warna kesukaan. Perias-perias istan siap memberikan layanan. Menyempurnakan paras cantikku yang telah ia ciptakan.
Saat mentari mulai tersenyum lembut menyapa kehidupan, sang pangeran menggandengku dan mengajak menuju taman. Harum melati dan warna-warni bunga mencoba menggoda. Tetes-tetes embun didedaunan masih bisa kita temui. Kita tersenyum bersama. Menikmati keindahan dunia yang tercipta. Burung-burung yang menyapa, menyatukan pandangan kita. Sang pangeran tak pernah mau melepas tanganku. Gandengannya semakin ia eratkan. Sang pengeran mengajakku berlari kecil menuju sungai disamping taman yang begitu jernih airnya. Pandangan kami tertuju pada sepasang angsa yang sedang berenang bersama. Sang pangeranpun menatapku dengan mesra. Sang pangeran memetik bunga putih kecil yang begitu khas harum baunya. Sang pangeran menyelipkan melati di rambutku. Sang pangeran memberikan belaian mesranya padaku. Burung-burungpun sempat iri melihat kebahagian kami. Sepasang angsapun mendekat pada kami. Sang pangeran mengajakku menikmati dinginnya air sungai yang jernih itu. Namun ku gelengkan kepalaku. Sang pangeran menggodaku dengan memercikkan air ke gaun indahku. Kamipun terlibat dalam permainan air dipinggir sungai. Dunia ini hanya milik kami. Tak ada yang boleh mengganggu kebahagiaan kami.
Rintik hujan mulai berjatuhan dari langit. Sang pengeran mengulurkan tangannya padaku. Mengajakku untuk kembali ke istana. Sang pangeran mendekapku agar tak ada angin yang menghempas tubuhku. Pandangan kami kembali bertemu. Senyum sang pangeran membuatku nyaman. Rintik hujan terasa semakin tajam. Kamipun sedikit berlari menuju istana tujuan. Pohon-pohon kecil di kanan-kiri jalanpun ikut menyaksikan. Kebersamaan kami tak akan bisa dipisahkan.
Tiba-tiba petir menyambar dengan ganasnya.
“Cetarrrrrrr,,,,,,,,”
Aku kaget bukan kepalang. Kucoba membuka mata dengan pelan. Tak lagi kutemui sang pengeran. Yang ada hanya sebuah lukisan. Lukisan istana yang menjadi khayalan. Khayalan setiap senja menjelang malam. Saat gerimis mulai berjatuhan……..


Zada el Qolbiy

Malang, 08 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENJADI GURU YANG DIRINDU

 menjadi guru adalah panggilan hati.  selengkapnya...... smamuhammadiyah1ngawi.sch.id