Adakah yang
lebih indah dari sekedar menghayal. Menghayal menjadi tuan puteri yang
disanding oleh seorang pangeran tampan
dan dilayani oleh dayang-dayang cantik. Memainkan selendang dengan anggun dan
menikmati taman istana yang menawarkan sejuta keelokan. Memanjakan diri di
kolam air hangat yang tersedia di halaman belakang sambil bercanda dengan
kupu-kupu kecil yang menawan. Busana indah tersedia dengan berbagai macam warna
kesukaan. Perias-perias istan siap memberikan layanan. Menyempurnakan paras
cantikku yang telah ia ciptakan.
Saat mentari
mulai tersenyum lembut menyapa kehidupan, sang pangeran menggandengku dan mengajak
menuju taman. Harum melati dan warna-warni bunga mencoba menggoda. Tetes-tetes
embun didedaunan masih bisa kita temui. Kita tersenyum bersama. Menikmati keindahan
dunia yang tercipta. Burung-burung yang menyapa, menyatukan pandangan kita. Sang
pangeran tak pernah mau melepas tanganku. Gandengannya semakin ia eratkan. Sang
pengeran mengajakku berlari kecil menuju sungai disamping taman yang begitu
jernih airnya. Pandangan kami tertuju pada sepasang angsa yang sedang berenang
bersama. Sang pangeranpun menatapku dengan mesra. Sang pangeran memetik bunga
putih kecil yang begitu khas harum baunya. Sang pangeran menyelipkan melati di rambutku.
Sang pangeran memberikan belaian mesranya padaku. Burung-burungpun sempat iri melihat
kebahagian kami. Sepasang angsapun mendekat pada kami. Sang pangeran mengajakku
menikmati dinginnya air sungai yang jernih itu. Namun ku gelengkan kepalaku. Sang
pangeran menggodaku dengan memercikkan air ke gaun indahku. Kamipun terlibat
dalam permainan air dipinggir sungai. Dunia ini hanya milik kami. Tak ada yang
boleh mengganggu kebahagiaan kami.
Rintik hujan
mulai berjatuhan dari langit. Sang pengeran mengulurkan tangannya padaku. Mengajakku
untuk kembali ke istana. Sang pangeran mendekapku agar tak ada angin yang
menghempas tubuhku. Pandangan kami kembali bertemu. Senyum sang pangeran
membuatku nyaman. Rintik hujan terasa semakin tajam. Kamipun sedikit berlari
menuju istana tujuan. Pohon-pohon kecil di kanan-kiri jalanpun ikut
menyaksikan. Kebersamaan kami tak akan bisa dipisahkan.
Tiba-tiba petir menyambar dengan
ganasnya.
“Cetarrrrrrr,,,,,,,,”
Aku kaget bukan kepalang. Kucoba membuka
mata dengan pelan. Tak lagi kutemui sang pengeran. Yang ada hanya sebuah lukisan.
Lukisan istana yang menjadi khayalan. Khayalan setiap senja menjelang malam. Saat
gerimis mulai berjatuhan……..
Zada el Qolbiy
Malang, 08 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar