Senin, 25 November 2013

MELATI CINTA (by : Zada el-Qolbiy)


“Pada intinya kita tidak akan pernah terhindar dari yang namanya kimia”, Bapak Fasya mengakhiri materi kuliah hari ini.
“Wusshhh…..” sebuah pesan masuk kedalam inbox Hp-ku.
“Assalamu’alaikum, maaf benar ini dengan Dila?. Saya Aldo, adiknya Mas Abi, Saya sekarang sedang di Malang Dil, tepatnya dikampusmu, boleh saya minta bantuan kamu Dil?”
Satu pesan dari nomer yang belum aku kenal sebelumnya. Namun membaca nama mas Abi aku langsung ingat masa SMA-ku. Mas Abi kakak tingkatku yang pernah menjadi idolaku.
Sambil berjalan menuju pintu keluar aku kirim pesan jawaban. “Wa’alaikumussalam, Iya benar saya Dila, Oh iya, kalau boleh tahu mau minta bantuan apa?”.
Tiba-tiba ketiga kawanku berteriak. “Dila, bungamu ketinggalan nih”, sambil berlari ke arahku.
“Hemm, terburu-buru banget sepertinya”, lanjut Lida.
“Iya, duluan ya”, kutarik rangkaian bunga Melati yang ada ditangan  Fada dan kutinggalkan mereka dalam keadaan bertanya-tanya. Rangkaian bunga itu sengaja aku beli untuk hiasan kamarku karena aku begitu tergoda dengan keindahan Melati. Kuturuni tangga dan kubaca pesan masuk selanjutnya.
Aldo ingin bertemu denganku di taman samping masjid untuk meminjam KTM-ku agar dia bisa meminjam buku perpustakaan di kampusku yang tidak ada dikampusnya. Karena kebetulan aku sedang ingin menuju masjid dan jam kuliah-pun juga sudah berakhir, aku iyakan permintaanya.
***
Sepanjang perjalanan menuju taman masjid, aku pegang erat-erat rangkaian bunga itu agar tidak rusak diterpa angin.
Kupandangi semua orang yang ada di taman samping masjid. Hampir semua yang ada disana tidak asing di penginderaan mataku. Namun ada dua orang yang bayangannya tak pernah jatuh sebelumnya di retinaku. Salah satu dari mereka tersenyum kepadaku. Tidak salah lagi, dialah Aldo, adik mas Abi yang sebelumnya pernah diceritakan oleh mas Abi padaku ketika SMA dulu. Prestasinya yang luar biasa di bidang tulis menulis sempat membuatku kagum dan penasaran untuk melihat orangnya langsung.
Seketika itu aku terkesima. Dia lebih mempesona dari yang pernah diceritakan. Wibawanya sungguh terlihat. Pemuda yang mempunyai intelektual tinggi. Tak heran jika banyak yang mengagumi.
Tiba-tiba batinku berkata, “Tidak mungkin cowok secakep dan sekeren dia belum punya pacar”.
“Dila ya?” sapanya mengagetkanku.
“e.. e.. ehm iya” jawabku gugup. “Maaf lama”, lanjutku.
“Oh iya ndak papa. Aku akan tinggal di asrama kampusmu selama tiga hari. Ada kegiatan organisasi yang kebetulan diadakan disini” jelasnya padaku.
Aku hanya tersenyum dan menjawab seperlunya. Ketika aku hendak memberikan KTM tersebut tiba-tiba ada sepeda yang menyerempetku dan,  “Brukkkk”, aku terjatuh di jalan samping taman itu. Tidak banyak yang menyaksikan kejadian itu. Anak kecil yang mengendarai sepeda itu langsung lari melihat tanganku terluka. Rangkaian bunga yang aku bawa sebelumnya jatuh berantakan tak karuan. Bunga itu rusak dan sebagian hancur tertindas ban sepeda. Aku meringis menahan sakit. Sementara Aldo yang melihat kejadian itu serta merta berusaha menolongku dan membantuku untuk bangkit. Luka tanganku terasa perih. Dibantu temannya, Aldo menggandengku menuju tempat duduk.
Bunga special itu hancur berantakan dan tak bisa diperbaiki lagi. Wajahku kusut menyimpan kecewa. Kuceritakan pada Aldo bahwa bunga itu bagiku sangat berharga. Tak ada yang menyamai keelokan bunga Melati. Aldo-pun tahu apa yang sedang aku rasakan. Seusai kejadian itu kamipun berpisah dan komunikasi kami berlanjut via sms.  
***
Keesokan harinya, giliran Aldo yang menemuiku di taman samping fakultas yang tidak jauh dari tempat Aldo menginap selama kegiatan di kampusku. Aku telah berada disana satu jam lebih awal dari biasanya karena aku harus mengerjakan tugas bersama teman-temanku yang lain. Aldo menemuiku untuk mengembalikan KTM yang kemaren sempat ia pinjam untuk meminjam buku.
“Dila”, panggilnya tiba-tiba mengagetkan aku dan teman-temanku. Aldo datang bersama empat temannya.
“Aldo, kamu sudah disini? Kok ndak sms dulu?” tanyaku.
“Ngapain sms, sudah cukup jelas alamat yang kamu berikan tadi malam”.
Sontak teman-temanku berteriak, “Cie,,,,”. Dan akupun hanya tersenyum melihat ulah mereka.
“Ini KTM kamu, terimakasih banyak telah membantu”, ucapnya dengan senyuman manis itu.
“Iya, sama-sama”, jawabku.
Tiba-tiba dia mengambil sesuatu dari tangan salah satu temannya. Dan Dia memberikan kepadaku sebuah rangkaian bunga indah yang sama persis dengan rangkaian bunga yang kemaren rusak.
“Dila, izinkan aku menjadi bagian dari Melati itu agar aku bisa selalu menemanimu dan menjadi pendampingmu”, pintanya padaku.
Aku begitu terkejut dengan semua ini. Didepan teman-temanku dan teman-temannya dia berani mengutarakan perasaanya kepadaku. Aku terpana. Akalku tiba-tiba melayang. Seperti mimpi. Dan akupun hanya tersenyum, mengangguk, mengiyakan permintaaanya. Melati Cintaku-pun kini semakin semerbak mewangi menebar pesonanya.

***




#Cerita ini kutujukan pada dia. Dia yang sempat membuatku terpukau dengan puluhan karyanya. Dia yang sempat membuat pikiranku kacau dengan sikap santun yang dimilikinya. Dia yang sempat hadir ke telaga cintaku. Dia yang terpisah disana. Dia yang sedang mempertebal ilmu agamanya. Dia yang pandai menyampaikan setiap opininya. Dia yang tak pernah berhenti menggoreskan karyanya. 



Senin, 04 November 2013

CINTAKU SEDERHANA (Zada el-Qolbiy)

Aku ingin mencintaimu dengan cara yang sederhana, ya sederhana saja. Karena alam telah mengajarkan kepadaku banyak hal mengenai kesederhanaan. Seekor zebra hanya meneguk air kubangan secukupnya meski panas terik membakar. Akupun tak akan melebihkan dan tak mau mengurangi. Inilah adanya. Cinta yang kuberikan kepadamu dengan cara yang sederhana. Aku hanya bisa bersikap padamu sesuai dengan kemampuanku. Aku tak akan melarang engkau mengharapkan yang lebih, tapi sekali lagi aku sampaikan, bahwa aku hanya bisa mencintaimu dengan caraku, cara yang cukup sederhana.

Jika engkau mengibaratkan aku bagaikan sekuntum bunga dengan mahkota yang indah dan menawan, maka aku hanya akan tersenyum dan menebar wewangian secukupnya tanpa  mencoba merayumu wahai engkau kumbang menawan yang ada disampingku. Aku ingin dengan caraku mencintaimu yang cukup sederhana ini mampu menciptakan keharmonisan dan ketulusan yang luasnya menyamai semesta. 

MENJADI GURU YANG DIRINDU

 menjadi guru adalah panggilan hati.  selengkapnya...... smamuhammadiyah1ngawi.sch.id